Jumat, 08 Juli 2011

Israel Cekal Ratusan Pendukung Palestina

REPUBLIKA.CO.ID,Israel mencegah ratusan pendukung aktivis Palestina masuk dengan minta maskapai penerbangan menerapkan larangan terbang. Pemerintah mengeluarkan daftar nama 342 orang disertai peringatan, begitu tiba di Israel, kelompok akan dipulangkan kembali atas tanggungan pelbagai maskapai penerbangan tersebut.

Dua ratus calon penumpang ditolak naik pesawat oleh sejumlah maskapai di beberapa negara, dan baru-baru ini 50 calon penumpang ditolak berangkat dari bandara Jenewa.
Organisator kampanye Welcome to Palestine yang juga disebut flytilla mengatakan 800 pendukung rencananya akan terbang ke Israel dalam misi kunjungan damai ke keluarga-keluarga Palestina.
Kelompok mengutuk tekanan Israel atas maskapai penerbangan dan mengancam mengambil tindakan hukum. Ratusan polisi siaga di sekitar bandara Ben Gurion, namun sejauh ini belum ada insiden berarti.

Al-Qur'an dan Sains: Luas Alam Semesta

Oleh: DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal

Teori ilmiah tentang awal mula penciptaan alam semesta hampir 100 persen disepakati oleh para ilmuwan. Selanjutnya, pikiran para ilmuwan disibukkan oleh satu pernyataan lain, yaitu: Apakah batas alam semesta ini tetap atau berubah?

Untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan ini, maka penelitian-penelitian ilmiah banyak dilakukan. Mereka melakukan pengukuran secara detail terhadap beberapa bintang dengan menggunakan alat pemantau luar angkasa yang terdapat pada satelit yang telah diorbitkan.

Hasil dari pemotretan menunjukkan bahwa benda-benda luar angkasa, yang diakibatkan oleh ledakan dahsyat tersebut, memiliki kemungkinan untuk mengembang dan meluas (ekspansi) beberapa mil. Pengembangan dan perluasan antara satu benda dan benda lainnya berbeda-beda.

Demikianlah, para ilmuwan melakukan banyak penelitian dan pengukuran untuk mengetahui hakikat dari luasnya alam semesta ini. Pengukuran yang telah mereka lakukan, jika dihitung, sudah mencapai ribuan kali. Mereka dibantu dengan berbagai alat canggih dan sistem komputerisasi yang rumit, agar mereka mendapatkan hitungan yang mendekati kebenaran.

Padahal Al-Qur'an, sejak puluhan abad yang lalu, telah mengisyaratkan hal serupa dengan cara pengungkapan yang tidak rumit, hingga mampu dipahami oleh semua orang yang membacanya. Allah SWT berfirman: “Dan langit itu, Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS Adz-Dzariyat: 47)

Dalam Firman Allah: ‘kami benar-benar meluaskannya’, ungkapan ‘pengluasan’ yang dipakai adalah dalam bentuk subyek bukan bentuk infinitif (masdar). Hal itu menunjukkan bahwa perluasan langit tidak terjadi, melainkan atas keinginan dan kehendak dari satu kekuatan yang dapat mengaturnya.

Dan perluasan itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Barangkali hal ini bisa menjelaskan kenapa para ilmuwan masih belum dapat menafsirkan sebab terjadinya perluasan atau pembesaran benda-benda langit, padahal mereka telah meyakininya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa hakekat dari alam semesta sulit untuk dipahami oleh akal manusia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Karena Allah dalam memberikan akal kepada manusia, memberi batasan kemampuannya. Yaitu kemampuan untuk membangun dan mengembangkan alam semesta ini ini, tanpa memberinya kemampuan untuk memahami segala hal yang berada di luar batas kemampuannya.
Sumber: Ensiklopedi Petunjuk Sains dalam Al-Qur'an dan Sunnah

Minggu, 29 Mei 2011

3 Fase Kehidupan Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam

(Sebuah Urutan Membangun Generasi)

Jika isi kurikulum pendidikan begitu berkualitas. Telah dikaji oleh para ahli. Dirumuskan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu berlandaskan penilitian yang mendalam. Dalam rentang waktu yang tidak bisa dibilang pendek. Bukankah luar biasa kurikulum seperti ini?
Tetapi, bagaimana jadinya jika kurikulum yang sudah luar biasa itu disampaikan dengan urutan yang beracak. Tidak diperhatikan kapan ilmu tertentu disampaikan. Juga tidak dianalisa porsi sebuah ilmu diajarkan pada fase tertentu. Tidak jelas ilmu mana yang harus didahulukan dan mana yang harus diakhirkan.
Hanya urutan. Hanya urutan...? Tidak hanya!
Bagaimana mau berhasil kalau kurikulum matematika kelas 1 SD umpamanya, diajarkan di kelas 6 SD. Dan sebaliknya, IPA kelas 6 SD dijejalkan di kelas 1 SD. Pelajaran fikih hudud (hukuman pengadilan) diajarkan di usia awal. Sementara menghapal al-Qur’an baru dimulai di usia senja (itupun kalau mulai).
Kurikulum dengan kualitas istimewa, seistimewa apapun pasti tidak akan menghasilkan generasi yang diharapkan jika tidak dipadu dengan urutan penyampaiannya. (Hanya) salah urutan.
Di sinilah pentingnya melihat urutan kehadiran manusia paling mulia, Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam dalam seluruh fase kehidupannya. Karena seluruh kehidupan beliau bukan saja menarik untuk dikaji tetapi selalu ada keteladanan dan pelajaran bagi kehidupan kita.
Jika dibagi secara garis besar, kehidupan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam melalui 3 fase besar. Masing-masing fase menggambarkan dengan sangat gamblang urutan kurikulum melahirkan generasi peradaban mulia. Ketiga fase itu adalah:
  1. 0   – 40 tahun          Fase Persiapan
  2. 40 – 53 tahun          Fase Makkiyyah
  3. 53 – 63 tahun          Fase Madaniyyah
Fase Persiapan
Usia 0 – 40 tahun kita sebut sebagai fase persiapan. Karena Muhammad shallallahu alaihi wasallam mencapai puncak kehidupan pada usia kira-kira 40 tahun. Pada usia itulah beliau mencapai prestasi tertinggi manusia di muka bumi ini. Yaitu menjadi pemimpin bagi seluruh manusia di dunia dan akhirat; menjadi Nabi.
Risalah (Tugas Kerasulan) adalah merupakan hak penuh Allah subhanahu wata’ala untuk diberikan kepada siapa yang Dikehendaki. Sebagaimana firman-Nya,
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Qs. Al-An’am: 124)
Membaca penjelasan shahabat mulia Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berikut ini, kita akan memahami ternyata hak penuh Allah subhanahu wata’ala tersebut tidak diberikan kepada sembarang orang.
عن ابن مسعود قال : إِنَّ اللهَ نَظَرَ فِى قُلُوْبِ اْلعِباَدِ فَاخْتاَرَ مُحَمَّدًا صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَبَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ وَانْتَخَبَهُ بِعِلْمِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِى قُلُوْبِ النَّاسِ بَعْدَهُ فَاخْتَارَ لَهُ أَصْحَابًا فَجَعَلَهُمْ أَنْصَارَ دِيْنِهِ وَوُزَرَاءِ نَبِـيِّهِ
Dari Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya Allah melihat hati-hati hamba, maka Dia memilih Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Kemudian Dia mengutusnya dengan tugas kerasulan dan memilihnya dengan ilmu-Nya. Kemudian melihat hati-hati manusia setelahnya, maka Dia memilih baginya shahabat-shahabat. Maka Dia menjadikan mereka penolong agama-Nya dan pembantu-pembantu Nabi-Nya.” (ath-Thayalisi no. 246, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/375, dihasankan sanadnya oleh as-Sakhawi dan al-Albani dan dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi, lihat silsilah al-Ahadits adh-Dhaifah no. 533)
Ternyata Muhammad shalallahu'alaihi wassallam dan para shahabatnya adalah pilihan di antara seluruh manusia. Faktornya satu; kebersihan hati.
Terbayangkan kah oleh kita, betapa beratnya membersihkan hati dan kehidupan di tengah carut marut sistim Jahiliyyah seperti Mekah ketika itu. Bukankah hari ini, di tengah masyarakat muslim ini banyak yang menyerah dalam pembersihan jiwanya dengan berdalih arus sistim sangat kuat.
Selain itu, sunnatullah bicara bahwa untuk menjadi orang besar memerlukan persiapan yang luar biasa. Apalagi ini adalah puncak kebesaran; menjadi seorang Rasul. Pasti bukanlah sebuah kebetulan, juga bukan ketidaksengajaan, apalagi tiba-tiba.
Untuk itulah 0-40 tahun usia Nabi adalah fase persiapan untuk menjadi orang besar.
Fase Makkiyyah
40-53 tahun adalah usia Nabi di fase Makkiyyah (Mekah). Rentang 13 tahun tersebut adalah sebuah fase membangun pondasi keislaman. Pondasi aqidah ataupun pondasi akhlak. Sebelum taklif (beban) Islam diberikan berupa ibadah dan aturan muamalah.
Inilah pondasi yang kokoh dengan kesabaran di rentang waktu yang tidak sebentar. Karena yang akan dibangun adalah bangunan Islam yang besar dan menjulang.
Berikut ini beberapa karakter fase ini:
  1. Fase Mekah adalah fase ta’sis (pondasi permulaan).
    • Semua nilai perjuangan yang mampu menjelaskan kata ta’sis akan menjadi karakter untuk masa ini. Bukankah Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak menghabiskan waktu dan potensi diri dan shahabatnya hanya untuk mendiskusikan politik Romawi dan persia sebagai penguasa bumi saat itu. Tetapi lebih sibuk membangun SDM pemimpin bumi saat nanti tiba masanya Islam Menggantikan dua imperium tersebut. Bukankah Nabi berikut shahabatnya tidak menghancurkan wujud patung-patung di sekitar Ka’bah, sebelum patung-patung itu hancur di hati masyarakat Mekah. Bukankah Nabi menyiapkan pondasi untuk seluruh rencana bangunan utuh peradaban Islam. Pondasi itu adalah aqidah yang murni dan kokoh, berikut akhlak yang berkilau penuh kemuliaan.
  2. Dominan membangun manusia dibandingkan membangun sistim
    • Sistim tetap dibangun oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam. Terutama sistim untuk pengamanan tunas dakwah yang rawan rontok karena arogansi kemusyrikan. Tetapi beliau tidak disibukkan membangun sistim sehingga melupakan tugas utama dalam membangun SDM. Nabi tidak mengajak shahabat berdiskusi tentang sistim negara Islam yang akan dibangun; ekonomi, politik, keamanan, pasukan dan sebagainya.
    • Yang ada adalah membangun generasi yang beriman dengan iman yang lebih kokoh dari tancapan gunung. Berilmu yang lebih luas dari samudera yang masih bertepi. Bermoral yang kilaunya lebih memancar dari berlian.
  3. Pembagian Fase Makkiyyah
    • 13 tahun ini dibagi dua: 10 tahun untuk membangun pondasi SDM sambil mencari tempat. 3 tahun sisanya untuk menyiapkan tempat, sebagai permulaan membangun sistim kekuasaan.
    • 10 tahun yang pertama dibagi dua: 3 tahun dakwah dari individu ke individu dan orang-orang terdekat tanpa mengumumkan secara terbuka konsep barunya. 7 tahun dakwah terbuka, menyampaikan ajaran Islam yang asing bagi masyarakat dengan semua resiko yang harus dihadapi.
  4. Taklif ibadah ada, tetapi tidak melebihi kuantitas penanaman aqidah
    • Tercatat hanya beberapa ibadah penting yang sudah diturunkan sejak di Mekah. Bahkan shalat 5 waktu yang wajib pun baru diturunkan perintahnya pada sekitar satu tahun menjelang hijrah; artinya setelah 12 tahun penanaman aqidah.
    • Bisa dikatakan bahwa hikmah ibadah yang diturunkan di fase Mekah untuk melatih membawa beban. Karena kelak di Madinah, beban akan dipikulkan hingga yang terberat sekalipun seperti jihad. Mereka yang pernah berlatih dan terlatih, akan terasa ringan dengan beban berikutnya dengan tingkat resiko yang lebih tinggi.
    • Ibadah di fase ini juga merupakan aktifitas spiritual mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebuah nilai mahal yang berfungsi untuk menjaga ketahanan iman dan kesabaran fisik selama masa tekanan di fase ta’sis.

Fase Madaniyyah
53-63 tahun adalah usia Nabi di fase Madinah. 10 tahun ini merupakan fase maksimalisasi taklif (beban ibadah), akad muamalah untuk kekuasaan dan penerapan sistim Islam.
Surat al-Baqarah mewakili suasana ini. Inilah surat yang pertama turun di fase Madinah (al-Athlas al-Tarikhi li Sirah al-Rasul, Sami al-Maghluts, Maktabah al-‘Ubaikan, h. 105). Al-Baqarah masih membawa suasana surat-surat Makkiyyah tetapi sudah dominan bicara tema-tema Madaniyyah yang baru.
Al-Baqarah satu-satunya surat Madaniyyah yang masih mencantumkan kisah-kisah umat terdahulu. Padahal kisah umat terdahulu adalah merupakan tema ayat-ayat Makkiyyah.
Al-Baqarah satu-satunya surat Madaniyyah yang masih mencantumkan kisah Adam dan Iblis, kisah pertarungan pertama antara al-Haq dan al-Bathil. Kisah Adam dan Iblis adalah merupakan tema yang dibahas di ayat-ayat Makkiyyah. (Lihat: Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Manna’ al-Qaththan, h. 59)
Sisa ayatnya lebih banyak tentang pembahasan khas Madinah berupa ibadah dan sistim muamalah dalam Islam. Shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, hukum qishash, hukum halal haram, hukum khomr dan judi, larangan riba, hutang piutang, hukum sumpah, wasiat, hukum haidh, talak, masa iddah, khulu’, ila’, susuan, hukum seputar pernikahan dan juga perang.
Subhanallah, sangat luar biasa bukan, urutan al-Qur’an dalam membangun peradaban. Al-Baqarah yang mengakhiri sebuah fase masih mengingatkan tema terdahulu. Al-Baqarah yang mengawali sebuah fase membuka tema-tema yang merupakan konsentrasi fase ini.
Berikut ini beberapa karakter fase ini:
  1. Membangun sistim negara menjadi konsentrasi awal fase ini
    • Memaksimalkan fungsi masjid, mempersaudarakan sesama muslim dengan ikatan melebihi persaudaraan nasab belaka, membuat perjanjian dengan non muslim dalam kerjasama, membangun ekonomi umat.
    • Kesemuanya adalah aktifitas Nabi di awal kaki beliau menapaki jalanan Kota Iman tersebut. Dan semua itu adalah variabel sebuah negara Islami.
  2. Dominan taklif
    • Madinah bukan lagi Mekah yang masih membangun pondasi. Masyarakat muslim telah siap. Siap untuk mendapatkan beban seberat apapun. Setelah tahun pertama digunakan untuk menanamkan variabel negara, tahun kedua adalah tahun turunnya taklif (beban ibadah). Terhitung pada tahun kedua ini perintah puasa diturunkan, zakat, hingga jihad. Karena masyarakat telah kokoh pondasinya, maka beban tak lagi menjadi beban. Beban yang bahkan bisa dinikmati.
    • Tentu, tetap saja tema membangun aqidah dan akhlak merupakan hal yang terus diingatkan sepanjang fase Madinah. Tetapi, taklif adalah dominasi fase ini.
  3. Pembagian fase Madaniyyah
    • Fase ini bisa dibagi menjadi 5:
      1. 1H: Menanamkan variabel penerapan sistim Islam dan kekuasaan
      1. 2H – 5H: Masa perjuangan karena reaksi musuh Islam
      2. 5H – 6H: Masa pertama musuh Islam mulai menyerah satu per satu
      3. 7H: Masa ekspansi Islam lebih luas
      4. 8H – 11H: Masa kemenangan dengan grafik terus meningkat
Sebuah strategi nabawi yang sangat rapi dan sistematis. 
Kalau kita ramu ulang 3 fase tersebut akan menghasilkan poin sebagai berikut:
Bersabarlah diri dalam mempersiapkan diri. Karena Nabi shalallahu 'alaihi wassallam lebih banyak menghabiskan usianya untuk persiapan (40 tahun) di bandingkan perjuangan (23 tahun)
Yang bersabar dalam membangun diri menjadi mukmin sejati, tidak akan terjatuh saat memasuki hasil berupa kekuasaan dan harta. Bagi Nabi, shalallahu 'alaihi wassallam berbanding 13 tahun : 10 tahun.
Aqidah dan akhlak sebelum ibadah dan muamalah
Dengan urutan ini, tidaklah Rasul wafat kecuali Islam telah membuka seluruh jazirah Arab. Setelah sebelumnya hanya sebuah kota kecil yang bernama Madinah.
Inilah utuhnya. Utuhnya sebuah strategi dan urutan membangun peradaban sekaligus dalam mendidik generasi pembangun peradaban itu. Untuk sebuah hasil utuh dan maksimal. Agar hari ini kita mampu mengulang masa kebesaran shahabat Nabi.
Cacat pada sebagian urutan, akan berefek cacat pada sebagian hasilnya. Prosentase kegagalan dan lubang keberhasilan seiring sejalan dengan prosentase kegagalan dalam menerapkan urutan.
Kurikulum pendidikan bagi generasi kita hari ini yang ditugasi Nabi untuk mengembalikan masa kebesaran shahabat beliau dulu, harus mengikuti urutan tersebut.
Dari masa persiapan untuk kemapanan pribadi muslim, menuju perjuangan membangun pondasi aqidah dan akhlak pada diri dan masyarakat, hingga perjuangan menuju penerapan utuh sistim Islam dan kekuasaan. Untuk akhirnya meninggalkan dunia menghadap sang Robb dengan membawa amal shalih peradaban.

Minggu, 27 Maret 2011

Profil FSLDK

DEFINISI FSLDK
FSLDK kependekan dari Forum Silaturrahim (bukan silaturrahmi, sesuai hasil FSLDKN XIII) Lembaga Dakwah Kampus. Berbicara mengenai definisi FSLDK, kita akan mendapati dua persepsi berbeda. Persepsi pertama, kita memahami FSLDK sebagai jaringan. Sedangkan persepsi kedua, FSLDK adalah musyawarah nasional/daerah yang diadakan secara rutin. Sebenarnya, subjek dan objek kedua pengertian tadi sama, yaitu LDK. Akan tetapi perlu dipertegas lagi perbedaannya untuk mencegah ambiguitas.
Persepsi pertama, FSLDK adalah jaringan yang beranggotakan LDK-LDK (bukan orang per orang) se-Indonesia. Sifat keanggotaan FSLDK cukup terbuka, artinya setiap LDK berhak bergabung dengan FSLDK. Hal ini dikarenakan salah satu visi FSLDK adalah mengoptimalkan akselerasi da’wah kampus nasional. Jaringan FSLDK sudah tersebar luas di seluruh Nusantara. Mulai dari ujung Sumatra hingga Papua.
Hingga saat ini agenda FSLDK semakin beragam, seperti pendampingan LDK, training manajemen LDK, Simposium Internasional Palestina, penyikapan isu bencana, dan sebagainya. Jika dirangkum, program FSLDK secara garis besar ada dua yaitu ke-LDK-an dan penyikapan isu. Salah satu contoh program ke-LDK-an adalah pendampingan LDK. Kegiatan lain yang pernah dilakukan adalah penyikapan isu seperti RUU APP dan Palestina.
Persepsi kedua, FSLDK adalah musyawarah akbar. Di tingkat nasional, kita mengenal istilah Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN). FSLDKN yang terakhir diselenggarakan di Universitas Lampung pada tahun 2007 Sedangkan di tingkat daerah, ada juga istilah Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah (FSLDKD).
FUNGSI FSLDK
Fungsi FSLDK pada awal berdirinya adalah sebagai sarana sharing atau diskusi seputar LDK masing-masing. Kemudian fungsinya berkembang seiring bertambahnya usia forum tersebut.
Sebagaimana yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya, agenda pokok FSLDK meliputi dua hal yaitu ke-LDK-an dan penyikapan isu. Dari dua hal tersebut, fungsi FSLDK dapat diturunkan menjadi sebagai berikut:
  1. Sarana perwujudan akselerasi da’wah kampus nasional
  2. Sarana silaturahim, belajar, dan berbagi pengalaman antarpengurus LDK
  3. Wadah untuk mewujudkan peran aktif LDK dalam menyikapi permasalahan keummatan

Rabu, 23 Maret 2011

Ibu: Variabel Utama Kesehatan Anak

Meskipun tak segempita peringatan hari nasional lain, keberadaan hari gizi bukan tanpa alasan. Lewat tanggal 25 Januari yang diperingati sebagai hari gizi ini, harapan terhadap peningkatan perhatian akan gizi mulai dimiliki setiap orang, setiap lapisan masyarakat. Gizi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat kualitas gizi berimbas pada  kualitas kesehatan.
Kesadaran akan pentingnya gizi hendaknya dimiliki oleh perempuan-muslimah, perannya sebagai ibu dan calon ibu membawa satu konsekuensi penting untuk turut serta memperbaiki gizi, khususnya kepada anak sebagai aset bangsa.
Dari para Ibu yang cerdas gizi, akan lahir dan tumbuh anak-anak yang tercukupi kebutuhan gizinya , pada akhirnya dengan pengaruh pola makan dan kualitas makanan anak yang baik, kesehatan tiap anak menjadi hal yang tidak terelakkan dimasa depan.
Sebagai perempuan muslimah yang mengerti akan pentingnya kesehatan, seorang ibu tentu tidak dapat mengabaikan faktor penentu tumbuh kembang anak. Anak yang bertumbuh kembang secara normal memerlukan asupan gizi yang baik. Gizi merupakan kandungan nutrisi pada makanan  yang diperlukan oleh tubuh manusia. Artinya, terpenuhinya makanan-makanan yang mengandung gizi yang cukup menjadi suatu hal yang mutlak.
Pada dasarnya, Kesehatan dan kecerdasan otak anak dipengaruhi oleh tiga faktor: genetic, stimulasi dan nutrisi atau gizi. Nutrisi (beberapa sumber menyebutkan lingkungan juga berpengaruh). Seorang anak harus tercukupi sedari dini sejak dalam kandungan. Disinilah, dari tahap prenatal (masa kehamilan) hingga postnatal (masa setelah  melahirkan) seorang ibu mengoptimalkan perannya.
Ibu, pada tahap prenatalnya wajib memperhatikan asupan makanan yang baik. Pada masa ini Ibu menjadi variable utama kesehatan janin. Pilihan makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan baik olehnya maupun janinnya akan membantu sel-sel otak dan organ lain tumbuh secara sempurna. Banyaknya perubahan dalam kondisi fisik ibu juga perlu diperhatikan, artinya pola makan dan pola hidup seorang ibu mempengaruhi kondisi fisik anak yang dilahirkan
Selanjutnya seorang Ibu harus sadar betul bahwa gizi merupakan penopang tumbuh kembang seorang anak, tidak terkecuali perkembangan kecerdasan. Kecerdasan merupakan aktivitas dari fungsi kejiwaan yang erat hubungannya dengan kesehatan, dengan kata lain anak yang cerdas harus didukung oleh kesehatan fisiknya. Hal ini menjadi sangat penting diperhatikan pada tahap postnatal, makro dan mikro nutrient hendaknya dicukupi dengan tepat, pertumbuhan anak pada postnatal akan dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan. Peran Ibu, dimulai dari pemberian ASI pada tahap postnatal awal merupakan hal yang tidak dapat diacuhkan. Firman Allah dalam Al-Baqarah : 233 “ para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan………”. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang menyebutkan bahwa bayi yang disusui dengan ASI pada pertumbuhan dan perkembangannya nanti akan lebih cerdas / IQnya lebih tinggi dan tingkat kekebalan tubuhnya juga lebih baik daripada yang minum susu formula.
Pertumbuhan menuju masa pubertas juga menuntut kerja seorang ibu dalam menjaga lingkungan gizi anaknya, pola hidup serta pola makan sehat yang ditanamkan dan dicontohkan sejak dini oleh seorang Ibu akan melekat pada diri sang anak hingga ia besar. Pendidikan gizi yang diajarkan sejak dini membentuk pribadi anak yang senantiasa memperhatikan kecukupan gizinya, hal ini akan berimbas pada kondisi kesehatan seorang anak.
Jika tiap ibu memahami perannya dalam pendidikan dan penerapan gizi pada anak, pada akhirnya bukan tidak mungkin generasi ke depan adalah generasi yang sadar gizi dan tumbuh menjadi generasi yang sehat. Peran ini hendaknya disadari betul oleh seorang ibu, untuk mempersiapkan generasi masa depan yang sehat. Pentingnya bekal akan pengetahuan gizi tersebut menjadi satu alasan bagi seorang ibu untuk senantiasa belajar dan terbiasa dengan gaya hidup sehat.
MUSLIMAH SADAR GIZI, SEHATKAN GENERASI

Presented by Jaringan Muslimah Puskomda FSLDK  DIY